“Brenti Jo Bagate” Suatu Implementasi Pendidikan Berkarakter Bangsa di Sekolah

Bookmark and Share

Brenti Jo Bagate
Sejak beberapa bulan yang lalu pada tampilan info sel  hand phone  saya tercantum kata “Brenti  Jo Bagate .  Tentunya  jargon ini ada di semua info sel hand phone yang memakai kartu Telkomsel yang berada di wilayah Sulut.  Brenti Jo Bagate  dilaksanakan  oleh POLDA Sulut   sebagai salah satu  program dalam rangka kampanye anti mabuk.  Program ini efektif  berlaku bulan  Juli 2012 ini dan merupakan program lanjutan tahun sebelumnya 2011 sebagai tahun anti mabuk. Jargon “Brenti Jo Bagate” bermakna ajakan yang memotivasi  warga Sulut untuk berhenti meminum minuman beralkohol (bagate).  Memang  wilayah Sulut adalah daerah yang menghasilkan minuman khas yang mengandung alkohol yaitu cap tikus.  Sebenarnya teknologi sederhana (distilasi)  yang digunakan dalam pembuatan cap tikus merupakan cara unik  warga Sulut untuk   menghasilkan alkohol dari saguer, jika dikelola sesuai  standar dan ketentuan yang berlaku alkohol ini dapat dipasarkan dan digunakan untuk industri dan kesehatan.
Program “Brenti Jo Bagate” untuk siapa? Bukan semua warga Sulut itu pemabuk atau suka “bagate”, tetapi dengan banyaknya persoalan kriminalitas yang terjadi akibat minuman keras  tentunya merupakan suatu keharusan yang mendesak untuk membuat, mengkampampanyekan dan melaksanakan gerakan anti mabuk ini. Program ini harus ditunjang dan dilaksanakan oleh semua semua lapisan masayarakat Sulut dan disesuaikan dengan semua program pemerintah daerah Sulut.  Sebagai seorang guru, bentuk peran serta saya adalah mengintegrasikan “Brenti Jo Bagate” dalam pembelajaran. Mulai tahun pelajaran 2011/2012, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter  dalam proses belajar mengajar. Ada delapan belas nilai-nilai pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Nasional yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.  Menurut pemikiran saya “Brenti Jo Bagate” merupakan ajakan yang dapat  diintegrasikan dalam nilai-nilai religius, disiplin, cinta damai, peduli sosial dan tanggung jawab.  

Implementasikan "Brenti Jo Bagate" dalam pembelajaran di sekolah.
Jika ditelaah dari kata-kata jargon “Brenti Jo Bagate”, maka kata-kata ini dimaknai sebagai suatu program represif  yaitu suatu program yang dilakukan setelah kejadian terjadi untuk menekan agar kejadian tidak meluas atau menjadi parah. Beberapa tindakan nyata yang telah dibuat adalah melalui Perda melarang perdagangan minuman beralkohol secara bebas, info sel hand phone yang yang mengajak “Brenti Jo Bagate”, kampanye anti mabuk salah satunya melalui lomba blog Komunitas Blogger Sulawesi Utara dan Telkomsel dan masih banyak lagi. Melalui tulisan ini saya mengusulkan agar program ini bukan hanya untuk memerangi dan memberantas mabuk tetapi termasuk juga program pencegahan atau preventif yaitu suatu program yang mengutamakan pencegahan sebelum terjadinya kejadian. Tindakan pencegahan yang saya maksudkan adalah menanamkan nilai-nilai karakter bangsa ini selagi anak-anak kita bersekolah. Saya seorang guru kimia, dalam materi pembelajaran kimia diajarkan cara pemisahan campuran distilasi yang salah satu contohnya adalah pembuatan alkohol dari saguer. Dalam pembelajaran ini saya telah menjelaskan bahaya alkohol sebagai minuman keras, dan ajakan untuk tidak tergoda meminum minuman keras. Program “Brenti Jo Bagate” harus masuk sampai ke sekolah-sekolah. Jangan sampai isi lagu “putar galas” yang tertanam di otak anak-anak kita. Selagi usia belia anak-anak didik kita harus mengetahui bahaya dan akibat yang buruk dari meminum minuman keras. Guru-guru haruslah mendirikan tameng yang melindungi generasi muda bangsa sedari mereka kecil sehingga jika mereka nantinya menemui ajakan untuk meminum minuman keras, secara langsung mereka dapat menghindarinya. Inilah tanggung jawab setiap guru. Satu hal lagi, setiap guru harus selalu mendoakan anak didiknya, karena perlindungan yang sejati bagi kita semua dan anak-anak kita adalah dari Tuhan saja. 



Sumber gambar 'Brenti Jo Bagate': http://beritakawanua.com



 

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar