Ada banyak hal memang yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi seorang lesbian, terutama faktor lingkungan dan traumatik masa kecil, namun selain itu tidak menutup kemungkinan juga dengan faktor ekonomi dan faktor coba-coba. Subjek saja misalnya adalah salah satu lesbian karena terpengaruh faktor ekonomi dan lingkungannya.
“Aku pertama kali mengenal kehidupan lesbi pada masa SMP. Sebelum masuk dalam dunia lesbi, aku adalah wanita normal yang menyukai lelaki dan sempat merasakan pacaran, namun akibat pergaulan yang terlampau bebas dan berbau negatif, akhirnya aku mengenal kehidupan lesbi demi mendapatkan uang tambahan. Aku yang pada dasarnya sudah tomboy, dirangsang lagi dengan lingkungan yang lebih banyak memiliki saudara laki-laki, semakin menyakinkan aku bahwa sebenarnya subjek lebih cocok untuk menjadi laki-laki. Apalagi teman-teman aku di masa SMP berjenis kelamin perempuan dengan tingkat perhatian yang sangat tinggi bahkan berlebihan. Ini menunjukkan bahwa benar adanya pepatah yang mengatakan bahwa, “Saat kita dekat dengan seorang penjual parfum, kita akan selalu wangi”, demikian juga jika kita dekat dan dikelilingi oleh wanita yang memiliki penyimpangan seksual, bukan tidak mungkin kita akan terikut menjadi menyimpang juga”. (Wawancara, 26 November 2011).
Wanita adalah makhluk yang sangat mudah untuk dipengaruhi, perasaan wanita yang halus dan selalu ingin diperhatikan serta diperlakukan romantis menjadi kekuatan besar bagi para lesbi untuk mengarahkan wanita normal menjadi wanita lesbi. Hampir semua wanita lesbi pada awalnya memang adalah wanita normal, namun cenderung untuk menjadi lesbi karena perasaan tersakiti dan pengaruh dari temannya sendiri yang mengatakan bahwa lelaki itu brengsek dan memang hanya wanitalah yang dapat mengerti perasaan seorang wanita. Dunia lesbi seolah menyakinkan bahwa dengan berhubungan dengan sesama wanita, tidak akan ada rasa sakit hati, tidak ada kekerasan, tidak ada pengkhianatan. Yang ada hanya pengertian, kasih sayang dan kelembutan. Itu juga hal yang selalu ditekankan oleh Subjek ketika akan mendekati wanita yang ditargetkannya untuk menjadi pacamya. Subjek selalu mengambil sisi negatif dari para lelaki yang menyakiti hati wanita dan mengatakan bahwa Dia tidak akan pernah melakukan hal itu. Wanita yang sedang tersakiti cenderung dikuasai oleh pemikiran irrasionalnya sehingga akhirnya berpikir bahwa hal itu benar dan memilih untuk mencoba mencintai sesama jenis. Ikatan batin yang kuat cenderung memang dimiliki oleh sesama wanita sehingga membuat ada perasaan benar-benar dimengerti dan disayangi dan berujung pada Kehidupan Lesbian.
“Salah satu penyebab aku terpengaruhnya dalam dunia lesbi juga adalah karena kurangnya pengawasan dari orangtua. Terlalu percayanya orangtua dan kurangnya kontrol orangtua terhadap perilaku anak dapat menyebabkan sang anak secara leluasa mengembangkan kepribadiannya dengan tidak terarah. Ini terbukti bahwa walaupun subjek sudah cukup lama terjerumus dalam dunia lesbi dan berpenampilan lebih kearah kelaki-lakian, orangtua dan keluarga aku tetap berpendapat bahwa subjek berpenampilan seperti itu karena subjek adalah tipe wanita yang tomboy dan itu adalah hal yang wajar-wajar saja”. (Wawancara, 26 November 2011)
Keluarga subjek tidak terlalu khawatir dan berusaha untuk mengawasi pergaulan subjek di luar lingkungan keluarga. Sehingga, hingga saat ini keluarga subjek tidak mengetahui bahwa sang anak telah terjerumus dalam dunia lesbi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa perhatian orang tua sangat membawa pengaruh besar terhadap perilaku anak, tidak hanya dengan perhatian saat anak di dalam rumah namun juga ketika anak berada di luar rumah. Perhatian dapat diberikan dengan cara-cara tertentu tanpa membuat sang anak sendiri merasa dibatasi pergaulannya. Sehingga anak dapat terhindar dari dunia-dunia yang salah. Orangtua pun seharusnya dapat lebih mengenal pergaulan sang anak sebelum mengizinkan sang anak untuk beraktivitas lama di luar rumah. Perhatian-perhatian sederhana seperti ini akan membantu orangtua untuk mencegah dan memberi pengertian kepada anak tentang pergaulan-pergaulan yang salah sehingga anak tidak terjerumus terlalu dalam.
Ada beberapa cara sederhana untuk mengenali seorang lesbian atau seorang wanita yang memiliki kecenderungan untuk lesbian. Hal ini langsung terlihat dalam cara berpenampilan maupun perilaku sehari-hari seseorang.
Pengalaman-pengalaman traumatis seperti ini kerap kali gagal dalam berhubungan dengan lawan jenis atau gangguan psikodinamika yaitu gangguan psikoseksual pada masa anak-anak (kerap disodomi) dapat memicu seseorang untuk disorientasi seksual. Jika pada tahun 1980-an, perilaku homoseksual itu masih masuk pada perilaku penyimpangan seksual. Namun dari tahun 2000-an, homoseksual telah masuk pada lesbia hidup (lifestyle). Hal ini sudah banyak terdapat di kota-kota besar di Indonesia kaum homoseksual itu sudah terangterangan memunculkan identitasnya dan melakukan kegiatan-kegiatan rutin.
“Selain karena perasaan disakiti oleh lelaki, banyak teman aku yang memilih untuk menjadi lesbian adalah anak Broken Home. Kebiasaan melihat sang Ayah memukuli Sang Ibu ketika masih kecil, menimbulkan perasaan takut, benci dan dendam yang begitu besar, sehingga membuat sang wanita enggan untuk dekat apalagi hidup dengan lelaki. Sang wanita berpikir bahwa lelaki adalah sosok yang kejam, kasar, tidak manusiawi yang hidup untuk menindas kaum yang lemah seperti dia. Sehingga sang wanita hanya merasa sangat nyaman ketika hidup di dekat sesama jenisnya. Sang wanita merasa bahwa wanita adalah sosok yang sangat lembut, penuh perhatian, penuh kasih sayang, yang tidak akan pernah melukainya dan akan selalu melindunginya. Perasaan seperti inilah yang kemudian membuat Lesbi menjadi salah satu penyakit sosial yang sulit untuk dihapuskan. Karena selama masih ada kekerasan kepada wanita akan selalu ada perasaan sakit hati dan dendam yang kemudian melahirkan keinginan intuk menjadi seorang lesbian”. (Wawancara, 26 November 2011).
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2002). Sedangkan menurut Assael (1984), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by howpeople spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”. Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati…
Wawancara : Dengan DR (nama inisial)
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Desember 2012
Tempat : Salah satu taman di kota Medan
Tujan : Menjalin rapport
Koding | Tanya jawab | Kesimpulan | Tema | Kategori | |
01 | Iter | Permisi kak… sore... Kami lagi ada penelitian tentang lesbian, denger-denger disini banyak yang lesbian, kira-kira kakak tau nggak siapa? | | | |
02 | Itee | Ya udah, kakak pun udah pernah kok, tapi ntar ya dek, kakak bakar jagung dulu… | | | |
03 | Iter | Iya kak… | | | |
04 | Itee | Dek, maaf ya kakak nggak bisa, soalnya temen-temen kakak nggak ngijinin. | DR merasa ragu melakukan wawancara karena teman-teman DR tidak Mengijinkannya | | |
05 | Iter | Kenapa kak... | | | |
06 | Itee | Soalnya pernah ada kejadian dek... | DR takut kejadian yang menimpa mereka alami terulang lagi | | |
07 | Iter | Kejadian apa kak... | | | |
08 | Itee | Pernah ada mahasiswa yang kaya adek gini, datang nge-wawancarai kawan kakak, tau-tau 2 hari kemudian | DR dan teman‑ teman pernah diwawancari oleh mahasiswa lain dan DR merasa tertipu karena mahasiswa yang melakukan wawancara itu mempublikasikan hasil wawancara | | |
Wawancara : Dengan DR (nama inisial)
Hari/Tanggal : Sabtu, 29 Desember 2012
Tempat : Salah satu taman di kota Medan
Tujan : Menjalin rapport
Waktu : 19.00 WIB – 20.00 WIB
Koding | Tanya jawab | Kesimpulan | Tema | Kategori | |
191 | Iter | Sore kak… | | Persetujuan melanjutkan wawancara ke-2 | |
192 | Itee | Sore… | | | |
193 | Iter | Sesuai dengan janji kita sebelumnya, kita bakalan ngelanjutin wawancara kita ya kak… | | | |
194 | Itee | Ok Dek… | | | |
195 | Iter | Bisa sekarang kak ? | | | |
196 | Itee | O iya bisa … | | | |
197 | Iter | Ehm… gini kak… waktu itu kakak pernah bilang, kakak beloknya pas SMP, SMP kelas berapa ? | | | |
198 | Itee | Kelas 2 | Responden mulai menyimpang ketika duduk di bangku SMP | Proses pembentukan orientasi | Proses pembentukan orientasi homoseksual |
199 | Iter | Owh, kelas 2 | | | |
200 | Itee | Iya | | | |
201 | Iter | Umur berapa itu kak… | | | |
202 | Itee | Umur berapa ya, lupa kakak, hitung aja lah yah, itu kakak lahir tahun 89 | Responden lahir tahun 1989 | | |
203 | Iter | Hehe… iya kak, nanti kami hitung… terus kak.. selain | | | |
Wawancara : Dengan ZK (nama inisial)
Hari/Tanggal : Jumat, 4 Januari 2013
Tempat : Salah satu taman di kota Medan
Tujan : wawancara informan
Waktu : 19.30 WIB – 20.30 WIB
Koding | Tanya jawab | Kesimpulan | Tema | Kategori | |
433 | iter | Malam kak.. | | | |
434 | itee | Malam dek... | | | |
435 | Iter | Oya kak... bisa nggak kakak jadi informan buat kak DR soalnya kan kakak teman dekatnya kak kami mau tanya-tanya gitu boleh nggak kak? | dira jadi | | |
436 | Itee | Oowh boleh- boleh kok dek.. | | Meminta persetujuan informan | |
437 | Iter - | Sebelumnya kita kenalan dulu ya kak, nama saya Risda,Dila, Rusdah, Afwan, Ririn, Maisyarah.... Nama kakak siapa? | | | |
438 | Itee . | Nama kakak ZK.... (nama inisial) | Nama informan ZK (nama samaran) | Perkenalan | |
439 | iter | Usia kakak berapa ? | | | |
440 | itee | 41 tahun | Usia informan 41 tahun | | |
441 | iter | Pendidikan terakhir kakak apa kak? | | | |
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar