Pada pertengahan 1960, Prof. Lotfi Zabeh dari Universitas California di Barkeley menemukan bahwa hukum benar atau salah dari logika boolean tidak memperhitungkan beragam kondisi yang nyata. Untuk menghitung gradasi yang tak terbatas jumlahnya antara benar dan salah, Zadeh mengembangkan ide penggolongan set yang ia namakan set fuzzy. Tidak seperti Boolean, logika fuzzy memiliki banyak nilai. Fuzzy membaginya dalam derajat keanggotaan dan derajat kebenaran, yaitu : sesuatu yang dapat menjadi sebagian benar dan sebagian salah pada waktu yang sama.
Contoh pada Gambar 2.1 menjelaskan bagaimana konsep “temperature” yang digolongkan “panas” dalam pengertian fuzzy/samar dan crisp (tegas). Misalnya diberikan suatu defenisi bahwa setiap temperature 85° Fahrenheit atau lebih tergolong “panas”
Dalam pengertian crips (tegas), batas-batas antara “panas” dan “hangat” sangat jelas setiap temperatur 85° fahrenheit adalah “panas”, sedangkan yang lainnya (60, ... ,80) adalah “hangat”. Tidak ada golongan panas, sedangkan dalam fuzzy setiap anggota memiliki nilai berdasarkan pada derajat keanggotaan, adapun konsep “temperatur” yang digolongkan “panas” dalam pengertian fuzzy diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Dari Gambar 2.2 diatas memperlihatkan, bahwa anggota yang bertemperatur 80°, derajat keanggotaannya 0,6, sedangkan anggota yang bertemperatur 85° fahrenheit derajat keanggotaanya 1, untuk yang bertemperatur > 85° fahrenheit mewakili secara tepat konsep “temperatur” yaitu berderajat 1, sedangkan yang < 85° fahrenheit memiliki derajat yang berlainan < 1 (http://iddhien.com/index.php)
Derajat keanggotaan ini, menunjukan seberapa dekat nilai tiap-tiap temperatur dalam anggota himpunan itu dengan konsep “temperatur”. Kita bisa mengatakan bahwa anggota yang bertemperatur 80° Fahrenheit adalah 60% (0.6) mendekati “panas”, atau dengan bahasa alami “hampir atau mendekati panas”.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar