BUKAN orang partai politik tapi Gus Irawan berhasil menempatkan diri sejajar dengan politisi-politisi beken yang maju di pilgub Sumut. Meski sudah disokong sejumlah partai pengusung, yang sebagian besar merupakan partai kelas menengah dan partai gurem, Gus Irawan pernah mencoba mendapatkan tiket dari partai besar, Partai Demokrat.
------------
Soetomo Samsu-Jakarta
------------
Senin malam, 12 Nopember 2012, para petinggi Partai Demokrat yang masuk jajaran Majelis Tinggi, menggelar rapat di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono, Cikeas.
Di tengah hawa dingin Bogor, Majelis Tinggi Partai Demokrat memulai rapat sekitar jam 21.30 wib, membahas tiga nama yang menjadi kandidat cagub, yakni Sutan Bathoegana, Amri Tambunan, dan Cornel Simbolon.
Hingga mendekati tengah malam, belum tercapai kata sepakat di antara para pentolan partai yang kini berkuasa itu. Terus terang alot. Tidak satu koor. Ada koor ini, ada koor itu. Ada telepon begini, ada telepon begitu, cerita Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, yang juga anggota Majelis Tinggi, Jhony Allen Marbun, kepada JPNN, Selasa (13/11) pagi, menceritakan situasi rapat.
Nah, kemarin (21/11), Jhony Allen menceritakan lebih panjang mengenai lika-liku yang dilaluinya terkait soal proses pencarian jago dari partainya itu.
Setelah pusing lantaran rapat Senin malam itu deadlock, Jhony bukannya pulang dan tidur nyenyak. Ini lantaran ponselnya berdering. Rupanya, Gus Irawan yang mau bicara dan ingin bertemu, malam itu juga. Yang membuat Jhony kaget, Gus Irawan ternyata sudah menunggu tak jauh dari Cikeas. Malam itu, Gus ditemani Soekirman, Ketua DPD PAN Serdang Bedagai.
Gus Irawan ternyata sudah menunggu di Mcdonald Cibubur. Beliau bersama Soekirman. Saat itu sudah tengah malam, kami bertemu dari jam 12 hingga jam satu (dini hari, red), cerita Jhony Allen.
Apa dan bagaimana dialog antarmereka? Sudah pasti urusan pencalonan. Gus Irawan blak-blakan ingin agar Demokrat bergabung dengan sejumlah partai lain, mengusung dirinya.
Jhony berupaya membuka ruang lobi, membuka pintu peluang perkoalisian. Syaratnya hanya satu, Gus Irawan mau menjadikan kader Demokrat sebagai cawagub pendampingnya. Hanya saja, Gus sendiri sedari awal sudah terbaca hanya ingin tiket Demokrat, tanpa syarat ini itu. Terlebih, Gus datang sudah bersama Soekirman, wabup Sergai itu.
Beliau bilang sudah deklair dengan Soekirman. Saya bilang supaya nomor dua ambil kader Demokrat, karena toh kader Demokrat banyak. Saya sampai sebut nama Pak Milwan saat itu (agar jadi cawagub pendamping Gus, red). Saya sampaikan ke beliau, prinsipnya Demokrat, kalau tak di nomor satu ya nomor dua, ujar Jhony.
Namun proses "tawar-menawar politik" tidak berjalan malam itu. Gus menunjukkan sikap tetap kukuh ingin menggandeng Soekirman, bukan kader Demokrat. Namun, malam itu, belum ada kalimat tegas dari Gus untuk menolak tawaran Jhony. Gus malah bilang, pagi-pagi dia harus kembali ke Medan. Pembicaraan buntu, peluang tipis.
Malam itu sebenarnya sudah close. Saya bilang ke beliau, pikir-pikir dulu lah, cerita Jhony, anggota DPR itu.
Paginya, Selasa (13/11), Gus Irawan sudah balik ke Medan. Jhony sendiri, lantaran tugasnya belum beres, pagi-pagi sudah bertemu dengan TB Silalahi, tokoh asal sumut yang dituakan di internal Demokrat, yang juga Ketua Komisi Pengawas Partai Demokrat. Lagi-lagi, yang dibahas soal pencalonan.
Nah, saat itu lah, Gus menelepon TB Silalahi. Pembicaraannya seperti apa saya tidak tahu. Tapi saya tahu itu telepon dari Gus Irawan, kata Jhony.
Setiap perkembangan lobi, dilaporkan ke para bos Demokrat. Jhony lapor ke Ketum Anas Urbaningrum, TB Silalahi lapor ke SBY. Lewat telepon atau pun SMS, imbuh Jhony.
Nah, Selasa pagi sekitar pukul 10.00 Wib, ada kabar berhembus dari tubuh PDIP. Jhony yang mendengar kabar, langsung konfirmasi ke Effendi Simbolon, di ruang Komisi VII DPR. Jhony tanya ke Effendi, apa benar dia yang ditetapkan sebagai cagub dari PDIP. Effendi Simbolon jawab,iya benar, sudah ditetapkan Ibu (Megawati, red). Tapi saat itu saya belum yakin betul. Eh, rupaya sore harinya sudah dideklair bahwa cagubnya PDIP memang Effendi Simbolon, cerita Jhony.
Setelah tersiar kabar resmi itu, pintu lobi dengan Gus Irawan langsung ditutup rapat. Jhony sigap, mengangkat telepon, menghubungi RE Nainggolan, yang sudah dipastikan tersingkir dari bursa cagub banteng moncong putih. Saya langsung jemput bola, kata Jhony.
Begitu ditelepon, RE Nainggolan langsung meluncur. Digelarlah pertemuan antara RE Nainggolan, Jhony Allen, TB Silalahi, dan Amri Tambunan.
Begitu bertemu, langsung klop. Terlebih antara Amri dengan RE itu dulunya satu kelas saat di APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri). Kami bertemu hingga malam karena setiap perkembangan harus kami sampaikan ke ketua umum dan Pak SBY sebagai penentu, sambung Jhony.
Pertemuan usai setelah ketua dan anggota Majelis Tinggi semuanya sepakat menduetkan Amri dengan RE Nainggolan. Jhony lega, plong karena tugasnya kelar. Prinsip saya, kalau mau berpikir, pasti ada jalan, pungkasnya. ****
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar