Dalam kehidupannya, individu selalu berhubungan dengan individu yang lain yang ada dalam lingkungan sosialnya. Hubungan itu dapat terjadi dalam masyarakat, dalam keluarga sendiri atau lingkungan sekitar. Pada umumnya hubungan individu dalam lingkungan sosialnya, termasuk lingkungan kerja akan terbentuk melalui proses penyesuaian. Dalam hal ini individu yang satu akan menyesuaikan diri dengan yang lain. Proses penyesuaian ini berkaitan erat dengan kepribadian seseorang (Ahmadi, 1999).
Lazarus (dalam Rakos, 1990) mengatakan bahwa perilaku asertif adalah cara individu dalam memberikan respon dalam situasi sosial, yang berarti sebagai kemampuan individu untuk mengatakan tidak, kemampuan untuk menanyakan dan meminta sesuatu, kemampuan untuk mengungkapkan perasaan positif ataupun negatif, serta kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri percakapan. Selain itu perilaku asertif merupakan akibat adanya kebebasan emosional, yang meliputi pengetahuan dan hak-hak dan kemudian memperjuangkannya tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Asertifitas seperti yang dinyatakan oleh beberapa ahli diartikan sebagai perilaku antar pribadi yang menyangkut ekspresi yang tepat, jujur, terbuka, mempunyai sikap yang tegas, positif dan mampu netral serta dapat mengutarakan akan sesuatu dengan objektif tanpa menyinggung perasaan orang lain.
Bersamaan dengan perkembangan teori dan penelitian dalam psikologi kepribadian, minat para ahli psikologi terhadap perbedaan dan ciri khas kepribadian antar individu semakin meningkat. Hal ini nampak dari munculnya usaha-usaha ilmiah dari para ahli untuk mulai melakukan penggolongan-penggolongan kepribadian individu berdasarkan cirinya yang unik ke dalam model-model maupun tipe-tipe kepribadian (Suryabrata, 1998).
Eysenck (1985) membedakan kepribadian ke dalam dua tipe, yaitu ekstrovert dan introvert untuk menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi-reaksi terhadap lingkungannya dan dalam tingkah laku sosial. Eysenck juga menyatakan bahwa tipe kepribadian ekstrovert dan intravert menggambarkan keunikan individu dalam bertingkah laku terhadap suatu stimulus sebagai perwujudan karakter, temperamen, fisik dan intelektual individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tipe kepribadian ekstravert dan introvert merupakan suatu dimensi yang bergerak dari satu ujung ke ujung yang lain pada suatu kontinum. Eysenck (1976) juga menyatakan bahwa kecenderungan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert tersebut bekerja saling melengkapi satu sama lain yang berorientasi pada keseimbangan jiwa individu..
Individu bertipe kepribadian ekstrovert, orientasi jiwanya terarah ke luar, kepada obyek dan hubungan antar obyek. Individu yang bertipe kepribadian ekstrovert tipikal bersifat sosial, nilai-nilai obyektif berperan penting, membutuhkan orang lain untuk diajak bicara dan tidak menyukai aktifitas sendiri, menyukai perangsangan, suka melakukan tindakan beresiko secara tiba-tiba, umumnya impulsif, suka pada perubahan, cenderung agresif dan perasaannya tidak di bawah kontrol yang ketat. Sebaliknya, seorang introvert tipikal adalah seorang pemalu, suka menyendiri dan menjaga jarak dengan orang lain, tidak percaya pada impuls seketika, tidak menyukai perangsangan, suka hidup teratur, perasaannya di bawah kontrol yang ketat, menjunjung nilai-nilai etis.
Previous....
Previous....
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar