Obat Antiinflamasi Non-steroid

Bookmark and Share

Pengobatan pasien dengan inflamsi mempunyai dua tujuan utama; petama, meringankan rasa nyeri, yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien; dan kedua memperlambat (dalam teori) membatasi proses perusakan jaringan ( Katzung, 2002).
     Berbagai salisilat dan agen-agaen lain yang mirip yang dipakai untuk mengobati penyakit reumatik sama-sama memiliki kemampuan untuk menekan tanda-tanda dan gejala-gejala inflamsi. Obat-obat ini mempunyai efek antipiretik dan analgesik, tetapi sifat-sifat antiinflamasi merekalah yang membuat mereka paling baik dalam menangani gangguan-gangguan dengan rasa sakit yang dihubungkan dengan intensitas proses inflamasi (Katzung, 2002).
     Obat-obat Antiinflamasi Non-steroid (AINS) merupakan suatu group obat yang secara kimia tidak sama, yang berbeda aktivitas antipiretik, analgesik, dan antiinflamasinya. Obat-obat ini terutama bekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase. Aspirin adalah prototip dari group ini, yang paling umum digunakan (Mycek, 2001).
Dalam pengujian dengan memakai darah utuh manusia, aspirin, indometasin, piroxicam dan sulindac lebih efektif dalam menghambat COX-1; ibuprofen dan meclofenamate menghambat kedua isozim (COX1-COX2) yang kurang lebih sama. Benoxaprofen, AINS lain yang baru, diperlihatkan menghambat sintesis leukotriene dengan baik tetapi ditarik kembali karena sifat toksiknya. Dari AINS yang sekarang ini bisa didapat, indomethacin dan diclofenac telah dilaporkan mengurangi sintesis prostagladin dan leukotriene (Katzung, 2002).Pengobatan pasien dengan inflamsi mempunyai dua tujuan utama; petama, meringankan rasa nyeri, yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien; dan kedua memperlambat (dalam teori) membatasi proses perusakan jaringan ( Katzung, 2002).

     Berbagai salisilat dan agen-agaen lain yang mirip yang dipakai untuk mengobati penyakit reumatik sama-sama memiliki kemampuan untuk menekan tanda-tanda dan gejala-gejala inflamsi. Obat-obat ini mempunyai efek antipiretik dan analgesik, tetapi sifat-sifat antiinflamasi merekalah yang membuat mereka paling baik dalam menangani gangguan-gangguan dengan rasa sakit yang dihubungkan dengan intensitas proses inflamasi (Katzung, 2002).

   Obat-obat Antiinflamasi Non-steroid (AINS) merupakan suatu group obat yang secara kimia tidak sama, yang berbeda aktivitas antipiretik, analgesik, dan antiinflamasinya. Obat-obat ini terutama bekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase. Aspirin adalah prototip dari group ini, yang paling umum digunakan (Mycek, 2001).

Dalam pengujian dengan memakai darah utuh manusia, aspirin, indometasin, piroxicam dan sulindac lebih efektif dalam menghambat COX-1; ibuprofen dan meclofenamate menghambat kedua isozim (COX1-COX2) yang kurang lebih sama. Benoxaprofen, AINS lain yang baru, diperlihatkan menghambat sintesis leukotriene dengan baik tetapi ditarik kembali karena sifat toksiknya. Dari AINS yang sekarang ini bisa didapat, indomethacin dan diclofenac telah dilaporkan mengurangi sintesis prostagladin dan leukotriene (Katzung, 2002).

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar