Diagnosis pada rest plasenta dapat ditegakkan berdasarkan :
a. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
b. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
c. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari
1) Sisa plasenta atau selaput ketuban
2) Robekan rahim
3) Plasenta suksenturiata
d. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
e. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test), dll
Perdarahan pascapersalinan ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu, adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam.
4. Komplikasi Rest Plasenta (Manuaba, I. B. G, 1998)
a. Memudahkan terjadinya anemia yang berkelanjutan dan infeksi puerperium.
b. Kematian perdarahan post partum
5. Penanganan Rest Plasenta (Manuaba, I. B.G, 1998)
Pencegahan terjadinya perdarahan post partum merupakan tindakan utama, sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi upaya preventif dapat dilakukan dengan :
a. Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia dalam kehamilan.
b. Melakukan persiapan pertolongan persalinan secara legeartis.
c. Meningkatkan usaha penerimaan KB.
d. Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang mengalami perdarahan post partum.
e. Memberikan uterotonika segera setelah persalinan bayi, kelahiran plasenta dipercepat.
Sedangkan pertolongan khusus dapat diberikan adalah Perdarahan post partum sekunder oleh Rest Plasenta penanganannya adalah :
a. Pemasangan infus dan pemberian uterotonika untuk mempertahankan keadaan umum ibu dan merangsang kontraksi uterus.
b. Pemberian narkose ringan, seperti : Ketaiar, pentotal atau Diprivan
c. Persiapan kuretase diikuti dengan pemberian antibiotik.
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar atau setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara manual/digital atau kuret dan pemberian uterotonika. Anemia yang ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi transfuse darah sesuai dengan keperluannya (Sarwono Prawirohaardjo, 2008, hal: 527)
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar