Perdarahan Pervaginam Pada akhir kehamilan (Antepartum)

Bookmark and Share


A.    Plasenta Previa
Menurut Kusmiyati,dkk (2009)
a.       Defenisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim (SBR), sehingga menutupi sebagian atau seluruh OUI (Orifisium Uteri Internum).
b.      Gejala klinis
1.      Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bias terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja.
2.      Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta pada bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
3.      Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak. Janin biasanya masih baik, namun dapat juga disertai gawat janin sampai kematian janin tergantung beratnya plasenta previa.
c.       Pemeriksaan USG
1.      Diagnosis plasenta previa dapat di tegakkan dengan pemeriksaan USG. Penggunaan USG transabdominal memiliki ketepatan diagnosisnya mencapai 95 – 98%.
2.      Pemeriksaan USG dapat menentukan implantasi plasenta dan jarak tepi plasenta terhadap ostium
d.      Pemeriksaan dalam di meja operasi
1.      Jika USG tidak tersedia dan usia kehamilan 37 minggu, diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam di meja operasi dengan cara melakukan perabaan plasenta secara langsung melalui pembukaan serviks
2.      Jika masih terdapat keraguan diagnosis, lakukan pemeriksaan digital dengan hati-hati.
e.       Penanganan
Pengobatan plasenta previa dapat dibagi 2 golongan yaitu:
1.         Terminasi, kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan anak mati (tidak selalu).
a.       Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta)
b.      Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan pervaginam
2.  Eksperektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup didunia luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
     Syarat bagi terapi ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih bik (Hb-nya normal) dan perdarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif, pasien di rawat di rumah sakit sampai berat anak ±2500 gr atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk menentukan lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum ibu. (Martaadisoebrata, 2005)


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar